top of page

FAQ PROYEK REDD+ KORIDOR KASIGAU

Apa saja ancaman terhadap hutan?

Apakah deforestasi di area proyek telah dihentikan sepenuhnya?

Apa dasar penentuan area rujukan (reference area) untuk menentukan titik acuan (baseline)?

Siapakah pemilik tanah yang sah?

Bagaimana cara memastikan semua orang di area proyek ikut terlibat?

Berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proses PADIATAPA?


 

Apa saja ancaman terhadap hutan?

        Pada awal proyek, perluasan tak terencana dengan metode tebang dan bakar untuk pertanian subsisten, produksi arang, dan peternakan menjadi penyebab utama deforestasi skala besar di wilayah tersebut. Meskipun ancaman-ancaman ini masih ada di wilayah tersebut, aktivitas proyek telah berhasil menghentikan deforestasi dengan menyediakan alternatif mata pencaharian bagi masyarakat.  



Apakah deforestasi di area proyek telah dihentikan sepenuhnya? 

Ya, deforestasi hampir sepenuhnya berhenti karena masyarakat telah setuju untuk menghentikan bentuk mata pencaharian yang ekstraktif. Saat ini mereka mendapatkan manfaat ekonomi dari proyek tersebut sebagai imbalan untuk melindungi hutan. Strategi konservasi kami didasarkan pada kemitraan holistik dengan masyarakat lokal yang memilih untuk melindungi hutan di sekitar mereka dengan menggunakan pendapatan karbon untuk mendanai rencana pembangunan sosial dan ekonomi yang mereka tentukan sendiri. Pembakaran arang ilegal dan perburuan komersial selalu dan tetap menjadi ancaman, namun dengan dukungan masyarakat, kegiatan-kegiatan ini telah dikurangi secara drastis melalui patroli darat dan udara yang dilakukan oleh tim patroli Wildlife Works yang merupakan anggota masyarakat setempat. Bukti lain bahwa proyek ini berhasil melindungi hutan dan satwa liar adalah kembalinya gajah ke wilayah tersebut segera setelah proyek dimulai. Saat ini terdapat lebih dari 11.000 gajah di ekosistem Tsavo dan sekitar 2.000 di antaranya menggunakan Koridor Kasigau sebagai rumah permanen mereka.



Apa dasar penentuan area rujukan (reference area) untuk menentukan titik acuan (baseline)

Area rujukan/referensi digambarkan melalui persyaratan yang diuraikan dalam bagian 6.3.1 dan 6.3.2 dari metodologi VM0009, “Methodology for Avoided Mosaic Deforestation for Tropical Forests.”


Salah satu pemahaman mengenai area rujukan yang kerap kali salah dalam proyek REDD+ adalah area rujukan harus sama persis dengan kondisi wilayah proyek saat ini. Sebenarnya, area rujukan dipilih secara akurat agar dapat memberikan gambaran mengenai ancaman proyek di masa depan karena kedekatannya area rujukan dengan area proyek, memiliki sifat ekologi dan penggunaan lahan yang serupa, tetapi yang penting, karena area tersebut telah mengalami deforestasi dari ancaman yang berlaku untuk proyek tersebut. Sebaliknya, area proyek menurut definisi Verra, belum mengalami deforestasi dan harus terdiri dari hutan yang masih utuh untuk dilestarikan. Area rujukan untuk Proyek REDD+ Koridor Kasigau dipilih berdasarkan kriteria ini, memastikan bahwa area tersebut mencerminkan skenario titik acuan secara akurat, sehingga memungkinkan pengukuran yang presisi terhadap dampak proyek dalam mengurangi deforestasi.


Populasi di area rujukan lebih besar dibandingkan area proyek sehingga memungkinkan adanya migrasi penduduk dari area rujukan ke area proyek. Pertambahan jumlah penduduk di area rujukan meningkatkan kebutuhan akan pemanfaatan sumber daya alam, yang kemudian menyebabkan deforestasi. Logika yang melekat dalam REDD+ adalah mengharuskan area rujukan menunjukkan apa yang akan terjadi jika tekanan deforestasi terus berlanjut. Jika area proyek tidak dilindungi, kesimpulan logisnya adalah masyarakat akan terus pindah ke area proyek dan mengubahnya menjadi pertanian. Saat ini, kawasan proyek hanya dihuni oleh masyarakat sekitar. Oleh karena itu, hutan tetap dilindungi, namun terus menghadapi ancaman besar dari tekanan deforestasi di sekitarnya.


Kasigau telah diverifikasi secara independen sebanyak sembilan kali dan merupakan proyek REDD+ yang paling banyak dikunjungi dan mendapat penghargaan di dunia.



Siapakah pemilik tanah yang sah? 

Masyarakat pemilik tanah, mereka memiliki izin atas tanah yang disewa dan dimiliki oleh Pemerintah Kenya, sebagian besar terdiri dari keluarga asli Taita yang telah tinggal di wilayah tersebut selama beberapa generasi.


Saat ini terdapat sekitar 9000 pemegang saham. Setiap pemegang saham lokal rata-rata mewakili 8-10 anggota keluarga, sehingga manfaat kepemilikan saham mencakup hampir 72.000-90.000 warga Kenya. Mayoritas besar pemilik tanah adalah anggota komunitas atau keturunan langsung mereka.


Wildlife Works tidak membeli lahan untuk proyek karbon, melainkan bertujuan untuk memperkuat hak adat masyarakat lokal dan adat atas tanah mereka. Baik Wildlife Works maupun Mike Korchinsky tidak pernah berniat untuk mengakusisi saham atas tanah ketika mereka mulai terlibat di Kasigau pada akhir tahun 1998. Namun, dua tahun setelah Wildlife Works memulai pekerjaan konservasi mereka di Rukinga, Mike akhirnya melakukan intervensi untuk mencegah mayoritas Rukinga yang merupakan pemegang saham dan bukan anggota masyarakat setempat, menjual kepemilikan mayoritasnya kepada pengusaha peternakan yang ada di sana. Pengusaha peternakan ini berencana mendirikan rumah jagal di lahan tersebut dan meningkatkan jumlah ternak hingga ke tingkat yang dapat memusnahkan jumlah satwa liar. Setelah mencoba berbagai kemungkinan lain, Mike malah membeli saham tersebut untuk mencegahnya dijual kepada pengusaha tersebut. 


Oleh karena itu, saham Mike di Rukinga Ranching Company diakuisisi pada tahun 2000 semata-mata sebagai tindakan defensif, untuk melindungi koridor konservasi agar tidak diubah kembali menjadi peternakan sapi.


Sejak mengakuisisi saham Rukinga Ranching Company, Mike berupaya mengalihkan kepemilikannya kembali kepada masyarakat. Dia tidak mengambil keuntungan dari dividen apa pun yang terkait dengan kepemilikan sahamnya dan tidak menggunakan hak suaranya.



Bagaimana cara memastikan semua orang di area proyek ikut terlibat?

Terdapat lebih dari 100.000 anggota masyarakat yang tinggal di area Proyek REDD+ Koridor Kasigau. Saat proyek ini dimulai, diharapkan banyak setiap desa dan penduduknya akan terlibat sehingga tingkat partisipasi dan pemahaman masyarakat terhadap proyek Kasigau meningkat. Dan memang itulah yang terjadi.


Untuk menentukan dan mengelola pendapatan yang diperoleh melalui penjualan kredit karbon, dibentuklah sebuah komite (Locational Carbon Commitees) yang terdiri dari anggota masyarakat, di mana komite ini dipercayai oleh masyarakat untuk mengambil keputusan penggunaan dana proyek REDD+. Model unik ini memastikan bahwa kebutuhan penduduk desa menjadi prioritas utama. Setiap proyek yang diinisiasi oleh masyarakat dikembangkan melalui proses demokratis. Artinya, semua anggota masyarakat memiliki suara dalam menentukan proyek apa yang akan dijalankan dan bagaimana pendapatan akan digunakan. Proses ini dirancang untuk memastikan semuanya transparan dan adil. 


Komite masyarakat didirikan pada tahun 2011, dengan standar prosedur operasional yang dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat, dan diperbarui secara berkala untuk mempertimbangkan kebutuhan masyarakat dan perubahan hukum/peraturan. Badan pengambil keputusan inti dari perwalian ini adalah Locational Carbon Committees  (LCCs). Setiap LCC mewakili serangkaian desa, kurang lebih setara dengan 15.000 anggota masyarakat, dan terdiri dari 7-9 anggota yang dipilih secara demokratis, dengan keterwakilan yang adil dalam hal gender, usia dan kemampuan fisik. LCC mempunyai agenda pertemuan sebanyak delapan kali dalam setahun untuk memutuskan dan melakukan pemungutan suara mengenai proyek-proyek yang bermanfaat bagi masyarakat Kasigau. Mereka dapat diberi masukkan oleh perwakilan lain seperti pemerintah lokal ataupun provinsi, misalnya seorang ahli teknik sipil memberikan panduan mengenai konstruksi pipa.


Dapatkan informasi terkini mengenai dampak terkini pada halaman proyek REDD+ Koridor Kasigau , dengan berlangganan buletin kami, mengikuti media sosial dan kanal YouTube Wildlife Works.



Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses PADIATAPA?

Wildlife Works telah bermitra dengan anggota masyarakat setempat selama 10 tahun sebelum memulai proyek REDD+. Proses PADIATAPA yang menyeluruh telah dilaksanakan dengan para pemilik lahan dan anggota masyarakat untuk mendapatkan persetujuan mereka terhadap proyek REDD+.


Proyek REDD+ Wildlife Works mengikuti Cancun Safeguards dalam menjalankan  proses PADIATAPA, proses yang dilindungi oleh standar hak asasi manusia internasional. Standar ini menyatakan bahwa 'semua orang memiliki hak untuk menentukan nasibnya sendiri' dan 'semua orang memiliki hak untuk mengejar pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya mereka.'


Beberapa fitur utama dari proses PADIATAPA kami meliputi:

  • Kami melakukan evaluasi menyeluruh terhadap risiko dan potensi dampak negatif serta mengusulkan rencana mitigasi yang tepat bagi para pemangku kepentingan.

  • Kami memberikan informasi lengkap kepada masyarakat tentangtujuan, sifat, skala dan durasi kegiatan proyek.

  • Hal ini mencakup informasi mengenai proses keterlibatan pemangku kepentingan yang direncanakan, seperti waktu dan tempat pertemuan konsultasi publik, pencatatan keluhan dan prosedur pengelolaannya, serta peluang dan sarana yang tersedia untuk berpartisipasi.

  • Kami melaksanakan PADIATAPA secara menyeluruh pada tahap kelayakan, sebelum menandatangani kontrak apa pun untuk memulai proyek. Selama proses PADIATAPA, kami melakukan sosialisasi yang luas kepada anggota masyarakat dengan pendekatan yang ramah dan sesuai dengan budaya, serta bebas dari manipulasi, campur tangan, paksaan, dan intimidasi. Jika masyarakat setuju untuk memulai proyek, PADIATAPA akan terus berlanjut sepanjang siklus hidup proyek.

  • Kami melakukan konsultasi yang berkesinambungan dan bermakna dalam mencari, mendiskusikan dan mempertimbangkan secara hati-hati pandangan semua pemangku kepentingan proyek, termasuk kelompok marginal dalam komunitas lokal.

  • Kami menggunakan prosedur yang efektif dan sesuai dengan budaya setempat sehingga masyarakat dapat memberikan umpan balik dan menyampaikan keluhan.

  • Kami memberikan informasi dengan akurat dan tepat waktu kepada masyarakat.


Kami percaya bahwa PADIATAPA adalah proses yang berkelanjutan dan tidak berakhir setelah masyarakat memberikan persetujuan mereka untuk memulai suatu proyek. Proses PADIATAPA yang dinamis merupakan bagian dari komitmen kami terhadap perbaikan yang berkelanjutan.


Baru-baru ini, kami telah melakukan perombakan proses perekrutan bersama tim proyek kami serta memperkuat saluran pengaduan terkait apa pun dari masyarakat kepada kami.

bottom of page