top of page

Masyarakat Berperan Utama dalam Perlindungan Hutan melalui "Theory of Change"


butterfly about to emerge from cocoon


Di Wildlife Works, kami telah bermitra dengan masyarakat lokal selama lebih dari 25 tahun untuk melindungi hutan seraya membiayai rencana pembangunan dan konservasi mereka. Pendekatan kami berlandaskan pada keyakinan bahwa keberhasilan perlindungan hutan dimulai dengan menempatkan masyarakat sebagai pusat pengambilan keputusan. Karena setiap masyarakat memiliki keunikan, kami menggunakan kerangka Theory of Change  (Teori Perubahan) sebagai alat utama untuk merancang proyek-proyek mereka secara bersama-sama. Hal ini memastikan bahwa kepemilikan sejati oleh masyarakat berkembang dalam konteks budaya dan struktur tata kelola mereka, meningkatkan peluang keberhasilan dan keberlanjutan jangka panjang.


Proyek karbon dapat memberikan pendapatan dan lapangan pekerjaan yang berharga bagi masyarakat, namun juga dapat menimbulkan kekhawatiran mengenai potensi dampak negatif. Untuk mengatasi kekhawatiran ini, kami mengadakan lokakarya Penilaian Dampak Sosial dan Keanekaragaman Hayati (SBIA) untuk menentukan isu sosial yang paling mendesak, mengurangi potensi risiko, dan mengintegrasikan solusi dalam desain proyek. Dengan menerapkan kerangka Theory of Change  dalam lokakarya SBIA, masyarakat dapat mengukur dan memantau dampak proyek terhadap iklim, masyarakat, dan keanekaragaman hayati.


Penilaian Dampak Sosial dan Keanekaragaman Hayati

Proses SBIA dimulai dengan penilaian lokasi proyek dan analisis pemangku kepentingan untuk mengidentifikasi pihak-pihak utama dan kepentingannya. Lokakarya yang sangat partisipatif ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan dari masyarakat yang berpartisipasi dalam proyek. Dalam lokakarya tersebut, peserta masyarakat menentukan tantangan sosial dan keanekaragaman hayati prioritas yang dapat diatasi oleh proyek REDD+. Menggunakan kerangka Theory of Change, mereka merancang langkah-langkah yang dapat memicu hasil yang diinginkan dan memilih indikator untuk evaluasi. Rencana pemantauan diikuti dengan pengumpulan data, analisis, dan pelaporan untuk menilai dampak proyek.


women holding baskets
Wanita-Wanita di Proyek Kasigau Corridor REDD+

Melakukan SBIA dengan kerangka Theory of Change dapat membantu masyarakat menyusun atau memperkuat "Rencana Hidup", istilah yang kerap dipakai di America Latin, melalui proyek karbon. Rencana ini mencakup perencanaan partisipatif untuk menetapkan tujuan dan prioritas jangka panjang bagi pembangunan berkelanjutan. Konsep ini sangat berakar pada pandangan hidup banyak kelompok Adat, di mana rencana hidup dipandang sebagai cara untuk menegaskan otonomi atas tanah, sumber daya, dan masa depan mereka. Bagi masyarakat di daerah lain yang belum memiliki rencana hidup, SBIA dan kerangka Theory of Change dapat menjadi mekanisme yang berguna untuk mengembangkan rencana ini.



Adaptasi Berkelanjutan

Menjalankan proyek konservasi jangka panjang itu kompleks: apa yang tampaknya menjadi solusi terbaik bagi masyarakat belum tentu berjalan seperti yang diinginkan. Perubahan adalah hal yang pasti, baik itu dalam peraturan, pemerintah, kepemimpinan, pasar, ekosistem, iklim, maupun kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, adaptasi berkelanjutan diperlukan untuk tetap relevan dan responsif terhadap kebutuhan dan keadaan yang berubah. Kami melakukan lokakarya SBIA berulang untuk memungkinkan keterlibatan PADIATAPA (Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan) yang berkelanjutan, di mana masyarakat mendapat kesempatan untuk meninjau kembali tujuan dan strategi awal, serta memodifikasinya atau menetapkan yang baru.


Dalam setiap proyek Wildlife Works, lokakarya SBIA dan kerangka Theory of Change  adalah hal yang sangat penting untuk memastikan bahwa masyarakat memiliki peran utama dalam merancang proyek mereka dan dapat beradaptasi dengan variabel yang mempengaruhi hasil yang diinginkan.


Penerapan Theory of Change: Proyek Kasigau Corridor REDD+

Sebagai contoh, Proyek Kasigau Corridor REDD+ (KCRP) mulai mengimplementasikan Kerangka Theory of Change melalui lokakarya SBIA pertama pada tahun 2011. Lokakarya ini melibatkan masyarakat untuk mendiskusikan isu-isu utama yang bisa diatasi oleh proyek, kondisi tanpa proyek, kondisi dengan proyek, serta potensi risiko dan/atau dampak negatif yang mungkin terjadi.


Lokakarya awal ini mengidentifikasi lima isu utama:

  1. Tata kelola: memasukkan kepemimpinan dan inklusivitas gender

  2. Kemiskinan: lapangan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menhasilkan pendapatan

  3. Konflik manusia dengan satwa liar

  4. Degradasi lingkungan: termasuk deforestasi dan masalah pertanian

  5. Pendidikan


Untuk setiap isu utama, dibuat diagram rantai hasil yang menjadi dasar dalam pemilihan indikator untuk rencana pemantauan KCRP, yang berfungsi untuk melacak kemajuan dalam mencapai hasil yang diinginkan.



Example of a Results-Chain Diagram

Contoh dari Diagram Rantai Hasil


Sejalan dengan logika Theory of Change, proyek merancang strategi dengan langkah-langkah spesifik untuk mengatasi isu-isu utama yang telah diidentifikasi. Langkah-langkah ini meliputi pengembangan proyek air dan kesehatan, perbaikan infrastruktur sekolah, skema beasiswa, penyediaan lapangan pekerjaan dan kegiatan penghasil pendapatan, skema bisnis pertanian, serta lainnya.


Tujuh lokakarya SBIA lanjutan telah dilaksanakan pada tahun 2013, 2014, 2015, 2017, 2019, 2021, dan 2023, untuk menilai status implementasi proyek dengan menggunakan data survei rumah tangga untuk memeriksa apakah ada perubahan besar atau isu yang muncul.


Di setiap proyek Wildlife Works, model Theory of Change telah terbukti menjadi alat vital untuk memastikan masyarakat dapat memimpin perancangan proyek mereka untuk mewujudkan visi masa depan yang berkelanjutan. Dengan pendekatan ini, proyek tidak hanya berjalan dengan efektif, tetapi juga menjamin keberhasilan jangka panjang dalam upaya konservasi, memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi masyarakat dan lingkungan.


bottom of page