top of page

Berkenalan dengan Erlinda Ekaputri, Country Director Wildlife Works Indonesia

Oleh Tamara Anisa, Communications Specialist Indonesia

Mari berkenalan dengan Erlinda Ekaputri, Country Director Wildlife Works Indonesia.  Erlinda bergabung dengan Wildlife Works pada Mei 2021 dan merupakan salah satu dari dua direktur perempuan di perusahaan kami. Ia memulai kariernya sebagai peneliti di sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lokal yang berfokus pada analisis kebijakan publik, dengan spesialisasi di bidang sosial ekonomi selama lima tahun. Dalam masa tersebut, Erlinda mempelajari kesenjangan ekonomi dan bagaimana kebijakan bisa memperbaiki atau memperburuk kehidupan banyak orang. Ia juga mempelajari dampak kerusakan lingkungan khususnya terhadap perempuan di pedesaan.


“Suatu hari, saya ditugaskan untuk meneliti dampak proyek air bersih dan sanitasi di suatu desa. Setelah melakukan wawancara dengan beberapa keluarga, saya berkesimpulan bahwa kerusakan lingkungan memberikan dampak paling besar kepada perempuan dan anak perempuan” ungkap Erlinda. “Kurangnya akses air bersih akibat kerusakan lingkungan memaksa para perempuan berjalan jauh untuk mendapatkan air bersih demi kebutuhan sehari-hari. Sebagai seseorang yang tinggal di kota di mana air bisa diakses dengan mudah, penderitaan ini sungguh sulit untuk dibayangkan.”


Beberapa tahun setelahnya, Erlinda bergabung dalam proyek Indonesia Infrastructure Initiative (IndII) yang didanai oleh Pemerintah Australia (DFAT). Di sana ia belajar bagaimana mengubah hasil penelitian menjadi aksi nyata. Erlinda menjabat sebagai National Monitoring and Evaluation, di mana salah satu tugasnya adalah memastikan intervensi proyek, termasuk penyediaan air bersih, memberikan dampak positif bagi mereka yang paling membutuhkan.


Setelah bekerja di program infrastruktur, Erlinda memanfaatkan kesempatan untuk memperdalam pengetahuannya dengan mengambil posisi kepemimpinan di departemen Monitoring dan Evaluation (M&E) proyek Indonesia Forest & Climate Support (IFACS) yang didanai oleh USAID.


“Bagi saya, M&E merupakan perpaduan antara sains dan seni. M&E bukan hanya sebagai pelengkap proyek, melainkan alat manajemen yang sangat penting. Ini memungkinkan kita membuat keputusan berdasarkan data yang akurat. Bayangkan Anda melakukan perjalanan tanpa peta, M&E menyediakan peta agar kita tahu apakah kita sudah mencapai tujuan atau belum.” Pekerjaan ini memperkenalkan Erlinda pada manajemen sumber daya alam serta politik lingkungan, dan bagaimana keduanya saling terkait.


Erlinda kemudian melanjutkan pekerjaannya dari IFACS ke USAID Lestari. Seperti halnya IFACS, program ini bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari penggunaan lahan. Tak hanya itu, program tersebut bertujuan untuk melestarikan ekosistem hutan yang penting untuk penyimpanan karbon dan habitat berbagai spesies tumbuhan dan hewan vital bagi keseimbangan ekologi.


“Di USAID Lestari, saya menjadi Deputy Chief of Party (DCOP). Saya mengelola kegiatan proyek di dua lanskap besar yaitu Aceh dan Kalimantan Tengah, belajar tentang bagaimana mengubah persepsi dan perilaku masyarakat terhadap lingkungan,” kenang Erlinda.


Setelah melihat kiprah Erlinda yang luar biasa, Wildlife Works mengajak Erlinda untuk bergabung sebagai Country Director Indonesia pada awal 2021. Dalam peran ini, Erlinda bertanggung jawab memimpin kantor di salah satu negara dengan hutan terluas di dunia. Dedikasinya untuk mengurangi kerusakan lingkungan selaras dengan komitmen Wildlife Works terhadap perlindungan hutan berbasis masyarakat yang berkelanjutan.


“Saya sangat terkesan dengan Proyek Kasigau. Saya melihat bagaimana perlindungan lingkungan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ungkap Erlinda. Dengan latar belakangnya di bidang Monitoring dan Evaluation, Erlinda sangat percaya pada data. Ia yakin, keberhasilan proyek seperti Kasigau dan Mai Ndombe membuktikan bahwa pelestarian alam dapat membantu mengentaskan kemiskinan. Erlinda memiliki semangat untuk menempatkan manusia sebagai pusat dari upaya perlindungan hutan.


Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa ada 81.616 desa di Indonesia. Dari jumlah tersebut, data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan bahwa 25.863 desa (31,68%) terletak di dalam dan sekitar kawasan hutan. Pada tahun 2021, BPS melaporkan bahwa 36,7% desa di kawasan hutan dikategorikan sebagai desa miskin.


“Ketika tingkat deforestasi dan degradasi hutan tinggi, yang paling terdampak adalah masyarakat yang tinggal di dekat hutan,” ujar Erlinda.


Erlinda menyadari bahwa wajar merasa putus asa saat melihat kerusakan lingkungan yang semakin menjadi-jadi, namun ia tetap optimis. “Tidak ada Planet B. Pada akhirnya, manusia harus bekerja sama untuk menyelamatkan lingkungan.”


Meski menghadapi tantangan perubahan iklim, Erlinda tetap optimis dan menekankan pentingnya kolaborasi dan rasa saling percaya. “Saya percaya bahwa masyarakat adalah mitra sejati kita dalam upaya menyelamatkan lingkungan. Mendapatkan kepercayaan mereka sangatlah penting, karena tanpa kepercayaan masyarakat, semua upaya akan sia-sia.” tegas Erlinda.


“Di luar pekerjaan, saya menikmati waktu luang dengan membaca,” ujar Erlinda Saat ini, ia tengah membaca buku Filosofi Kebahagiaan karya Dr. Fahruddin Faiz, seorang penulis sekaligus dosen dari Indonesia. Ia juga terinspirasi oleh pemikiran tokoh-tokoh seperti Plato dan Al-Ghazali. “Saya sampai pada kesimpulan bahwa orang yang bahagia tidak akan melakukan kerusakan. Orang yang bahagia tidak serakah. Karena semua ajaran tentang menemukan kebahagiaan sejati berpusat pada hidup yang seimbang, dan selaras dengan alam.”


Kisah Erlinda mencerminkan dedikasinya terhadap pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan bagi masyarakat hutan, ini menjadikan dirinya bagian yang sangat berharga dalam tim Wildlife Works.

 

bottom of page