top of page

Perempuan Penjaga Hutan Gambut Kalimantan

Liya Regita, perempuan asal Batampang, Kalimantan Tengah, telah memilih jalur yang tak biasa.

Sejak kecil, ia dibesarkan dalam keluarga yang sangat menghargai pendidikan. Kakeknya, selalu menekankan pentingnya sekolah, dan banyak anggota keluarga dari pihak ibu yang bekerja sebagai guru dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Di desa Liya tumbuh, pendidikan tinggi bukanlah pilihan umum bagi perempuan. Namun berkat dukungan kuat dari keluarganya, Liya berhasil menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 di bidang kehutanan, karena baginya hutan bukan hanya latar belakang kehidupan, tetapi masa depan yang harus dijaga.


Perjalanan Liya bergabung dengan tim patroli hutan desa berawal ketika Wildlife Works Indonesia mencari sosok dari masyarakat lokal yang memiliki latar belakang sarjana kehutanan. Setelah melalui serangkaian proses seleksi, Liya pun resmi menjadi bagian dari tim pada September 2024.


Meski ia berasal dari daerah yang dikelilingi hutan gambut, ia mengaku tidak pernah masuk ke dalam hutan tersebut sebelumnya. "Jalanannya sangat sulit, banyak jebakan, dan harus hati-hati melangkah," kenang Liya saat pertama kali memasuki hutan desa. Walaupun harus menghadapi medan yang berat, semangatnya untuk melindungi hutan desa tak tergoyahkan. Salah satu pengalaman yang paling berkesan bagi Liya adalah ketika untuk pertama kalinya ia melihat orangutan di alam liar, sebuah momen yang semakin meneguhkan tekadnya untuk menjadi bagian dari para penjaga hutan.


Liya tidak pernah merasa dirinya berbeda walaupun ia adalah satu-satunya perempuan yang ikut dalam tim patroli hutan. Bahkan, ia merasa sangat diterima. "Saya merasa dihormati dan profesionalisme tim sangat tinggi. Selain itu, mereka tidak pernah membiarkan saya mencuci piring sendiri," ujarnya sambil terkekeh. Liya merasa bahwa tidak ada perbedaan perlakuan antara dirinya dan anggota tim lainnya. Mereka bekerja bersama untuk tujuan yang sama, melindungi hutan gambut yang rawan dari kerusakan.



Dalam setiap patroli, meskipun penuh tantangan, ada momen tawa yang membuat perjalanan lebih ringan, seperti ketika seorang rekan patroli jatuh ke kanal karena salah pijak kayu. "Kami tertawa terbahak-bahak, itu hal-hal kecil yang membuat perjalanan lebih menyenangkan," katanya.


Bagi Liya, perempuan memiliki peran penting dalam menjaga kelestarian hutan. "Menjaga hutan bukan hanya tanggung jawab laki-laki, perempuan juga bisa terlibat, baik dalam patroli maupun peran lainnya seperti edukasi dan advokasi," jelasnya. Meski begitu, ia mengakui bahwa mengajak lebih banyak perempuan untuk terlibat dalam konservasi bukanlah hal yang mudah. Banyak perempuan yang mungkin peduli, namun merasa tidak tahu bagaimana caranya atau menganggap bahwa konservasi adalah ranah laki-laki. Liya percaya bahwa dengan memberikan edukasi dan kesempatan yang lebih terbuka, lebih banyak perempuan akan terlibat dan berkontribusi dalam pelestarian hutan.


Meskipun penuh tantangan, Liya tetap berkomitmen menjaga hutan gambut dan mendorong perempuan lain untuk ikut serta. "Menjaga hutan bukan hanya soal tenaga, tapi tentang hati yang tulus dan semangat yang tidak mudah padam," tuturnya dengan tegas. Liya melangkah dengan penuh harapan, tidak hanya untuk masa depan hutan, tetapi juga untuk masa depan perempuan yang semakin berperan dalam menjaga alam.

 

bottom of page