
PROYEK REDD+ GERBANG BARITO, indonesia
TINJAUAN PROYEK
Indonesia memiliki hutan hujan tropis yang berperan penting dalam mitigasi perubahan iklim dan pelestarian keanekaragaman hayati. Proyek REDD+ Gerbang Barito di Kalimantan Tengah mendukung upaya ini dengan melindungi hutan gambut dan hutan dataran rendah tropis, habitat bagi spesies ikonik seperti orangutan Kalimantan, trenggiling Sunda, dan rangkong gading.
Proyek ini bertujuan untuk menurunkan deforestasi dan degradasi lahan gambut dengan memperkuat peran masyarakat dalam pengelolaan hutan dan berinvestasi dalam visi mereka terhadap masa depan yang berkelanjutan. Melalui kolaborasi antara Wildlife Works dan para pemangku kepentingan lokal, proyek ini diharapkan dapat mengatasi ancaman terhadap hutan yang berasal dari penebangan liar, kebakaran, dan kerusakan lahan gambut, untuk memastikan perlindungan ekosistem dan spesies yang berharga.
"Wildlife Works Indonesia ensures transparency throughout the FPIC process without any deceit or concealment, which is crucial for the community."
KEPALA SUKU BASABA BOOT'OMBALA
MAI NDOMBE, REPUBLIK DEMOKRATIK KONGO
-Secretary of Central Kalimantan Provincial Forestry Service
"Throughout my career at the Cental Kalimatan Provincial Forestry Service, this is the first time that a company has conducted FPIC in such an open manner."
GILDARDO CALDERÓN
PUTUMAYO, KOLOMBIA
"Kami bergantung pada bumi untuk kehidupan keluarga kami. Oleh karena itu kami merasa bertanggung jawab untuk selalu menjaga lingkungan kami agar tetap sehat."
ANNE BOKUTU BOLEKOKA
IBU DAN PETANI LOKAL
"Proyek Wildlife Works memperhitungkan masalah diskriminasi gender. Ada inisiatif besar untuk melibatkan perempuan dengan pertanian berkelanjutan.
Berkat pendapatan dari proyek ini, saya bisa menyekolahkan anak-anak saya."
KOMUNITAS ENGOKULU WANZA , REPUBLIK DEMOKRATIK KONGO
"Perusahaan penebangan menghancurkan hutan kami dan menakut-nakuti hewan dengan mesin mereka yang berisik. Bahkan di masa kolonial pun kami tidak melihat sekolah dan klinik yang kami miliki sekarang. Kami telah dilupakan."
2,507
MASYARAKAT
LOKAL

19,752
HEKTAR
HUTAN GAMBUT

33
SPESIES YANG
TERANCAM PUNAH

TBD
tCO2e EMISSIONS
AVOIDED PER YEAR

ANCAMAN TERHADAP HUTAN
Hutan di Kabupaten Barito Selatan menghadapi berbagai ancaman serius, termasuk:
-
Degradasi Lahan Gambut: Kerusakan ekosistem gambut mengurangi fungsi ekologisnya, termasuk fungsi penyimpanan karbon dan pengatur kualitas air. Di Kalimantan, hal ini menjadi penyebab utama penurunan populasi orangutan Kalimantan hingga 60% dalam 60 tahun terakhir (Ancrenaz et al., 2016).
-
Deforestasi: Penebangan liar dan konversi lahan menyebabkan hilangnya fragmentasi dan hilangnya habitat spesies kunci (termasuk orang utan dan beruang madu).
-
Perburuan Satwa Liar: Satwa liar, khususnya burung, sering ditangkap untuk dijual secara ilegal.
-
Kebakaran Hutan dan Lahan: Lahan gambut yang kering rentan terbakar, merusak habitat keanekaragaman hayati di dalamnya dan melepaskan emisi gas rumah kaca dalam jumlah besar.
STRATEGI PROYEK
Proyek REDD+ Gerbang Barito menerapkan pendekatan konservasi berbasis lanskap dan multi-strategi:
-
Mengembangkan sumber penghidupan berkelanjutan bagi masyarakat lokal untuk mengurangi tekanan terhadap hutan.
-
Memperkuat tata kelola hutan melalui kolaborasi dengan Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) sebagai mitra utama dalam konservasi.
-
Meningkatkan perlindungan hutan melalui patroli rutin dan pencegahan kebakaran.
-
Melakukan pemantauan keanekaragaman hayati dan restorasi lahan gambut.
Strategi ini dirancang untuk mencegah berkurangnya lahan hutan dan kerusakan gambut, melestarikan keanekaragaman hayati, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
DAMPAK








KEANEKARAGAMAN HAYATI
Menjaga kelangsungan hidup 33 spesies terancam punah, termasuk orangutan Kalimantan, trenggiling Sunda, dan rangkong gading.
PENINGKATAN KAPASITAS
Pelatihan bagi masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan berkelanjutan dan pemantauan keanekaragaman hayati, serta matapencaharian yang berkelanjutan.
INVESTASI AWAL PROYEK
• Meningkatkan kapasitas kelembagaan LPHD.
• Berkolaborasi dengan LPHD membentuk tim patroli yang terdiri dari masyarakat lokal untuk memantau dan melindungi hutan desa.
• Melakukan survei keanekaragaman hayati yang berfokus pada jenis pohon, burung (avifauna), herpetofauna, dan orang utan di hutan desa.
• Melakukan survei gambut bersama LPHD untuk mengukur kedalaman, menginventarisasi kanal, dan memperkirakan laju dekomposisi gambut.
• Menyediakan layanan klinik kesehatan darurat dan bantuan pangan saat bencana banjir tahun 2024.
• Mendirikan taman baca bagi perempuan dan anak-anak sebagai upaya peningkatan kesadaran terhadap hutan dan lingkungan.
TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Semua proyek Wildlife Works berkontribusi pada setidaknya 9 tujuan SDG yang ditetapkan oleh PBB untuk mengakhiri kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan, dan melindungi planet pada tahun 2030.


MASYARAKAT
Masyarakat Batampang dan Batilap, yang mayoritas berasal dari Suku Dayak, memiliki hubungan budaya dan spiritual yang kuat dengan hutan. Sistem tata kelola mereka menggabungkan adat dan praktik modern, menjadikan mereka pemimpin utama dalam pengelolaan hutan berkelanjutan.
CERITA
MASYARAKAT
ARTIKEL 01
PESAN TENGAH MALAM
Kisah perumusan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga unit pengelolaan hutan desa dalam Proyek REDD+ Gerbang Barito.
ARTIKEL 2
Kilatan Jingga di Hutan: Kemunculan Orangutan
Pada tahun 2024, tim Wildlife Works Indonesia (WWI) merayakan momen yang menggembirakan saat kami menerima dua video satwa liar yang luar biasa dari seorang anggota masyarakat setempat.

° Pongo pygmaeus wurmbii
ORANGUTAN KALIMANTAN
Primata cerdas ini berperan penting dalam ekosistem sebagai penyebar biji, membantu regenerasi hutan. Dengan populasi yang diperkirakan hanya sekitar 38.200 individu (Utami-Atmoko et al. 2017), spesies ini menghadapi ancaman serius, termasuk kehilangan habitat, pembalakan liar, kebakaran hutan, perburuan, dan perdagangan ilegal satwa liar. Terdaftar sebagai spesies sangat terancam punah (critically endangered) oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN), upaya segera diperlukan untuk melindungi habitat yang tersisa dan memastikan kelangsungan hidup mereka.

° Manis javanica
TRENGGILING SUNDA
Diklasifikasikan sebagai sangat terancam punah oleh IUCN, mamalia nokturnal bersisik ini berperan dalam mengendalikan populasi serangga, mengonsumsi hingga 70 juta semut dan rayap per tahun. Mereka merupakan salah satu mamalia paling banyak diperdagangkan secara ilegal di dunia didorong oleh permintaan akan sisik dan dagingnya yang dipercaya untuk pengobatan tradisional serta pasar makanan eksotis.

°Rhinoplax vigil
RANGKONG GADING
Burung ini memiliki paruh besar yang digunakan untuk bertarung dan mencari makan. Rangkong Gading dikategorikan sebagai hewan sangat terancam punah oleh IUCN, berperan sebagai spesies kunci dalam ekosistem dengan menyebarkan biji di hutan yang luas, mendukung regenerasi alami. Sayangnya, cula (casque) mereka menjadikannya target utama perburuan liar, yang mengakibatkan penurunan populasi secara drastis.

° Helarctos malayanus
BERUANG MADU
Beruang terkecil di dunia ini mudah dikenali dari cincin emas di dadanya dan dikenal sebagai beruang madu. Lidahnya yang panjang membantu mereka mengakses madu dari sarangnya yang terdapat pada kayu dan pohon. Mereka berperan dalam ekosistem sebagai penyebar biji dan pengendali serangga. Namun, deforestasi dan perdagangan ilegal mengancam populasinya, sehingga dikategorikan sebagai rentan (vulnerable) oleh IUCN.
SATWA LIAR YANG DILINDUNGI
Kawasan proyek menjadi habitat bagi spesies kunci, termasuk:

Kawasan hutan Gerbang Barito terdiri dari lebih dari 19.000 hektar hutan hujan di wilayah Kalimantan Tengah, Kalimantan. Hutan rawa gambut yang luas di Kalimantan merupakan salah satu ekosistem terkaya karbon di Bumi.
Masyarakat Desa Batampang dan Batilap mendapatkan izin kelola hutan desa dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2017. Wilayah hutan kedua desa dalam proyek REDD+ Gerbang Barito didominasi oleh hutan rawa gambut.
Hutan rawa gambut memiliki peran penting dalam menyerap dan menyimpan karbon serta mengatur keseimbangan air. Ekosistem hutan rawa gambut mampu menyerap dan menyimpan karbon dalam jumlah lebih besar dibandingkan ekosistem hutan lainnya. Namun, ketika lahan gambut mengering dan terbakar, karbon dioksida inilah yang dilepaskan ke atmosfer.
Kawasan ini juga menjadi habitat bagi spesies tanaman kayu berharga seperti Ulin, Shorea dan Ramin, yang semakin langka akibat eksploitasi berlebihan.